Selasa, 17 Februari 2009

Betrayal

“Hallo, Anne, apa kabar?”
“Ho! Masih ingat aku?”
“Ja…jangan begitu Anne, aku tahu, aku sudah tiga bulan tidak menghubungi. Aku…”
“Kenapa? Aurus saja pekerjaanmu! Lanjutkan mempertaruhkan nyawamu!”
“Anne, tunggu…”
Suara denging mengiring bantingan telepon di ujung sana.

Darn.
Kasus keparat. Berbulan-bulan aku terjebak.
Ferret.
Musang bajingan. Sosok misterius yang menggegerkan dunia kriminal dan intelejen.
Penjual informasi, playboy, dan beragam reputasi buruk lainnya.

Sial!
Sudah tiga bulan aku kejar dia.
Bener-benar musang. Setip aku dapat jejaknya, dia kabur.
Letih.
Lelah.

Sebuah tepukan di bahuku menyadarkan aku.
Andrew.
Andrew team leaderku, mentorku.
“Lelah?”
“Ya. Kasus ini membuatku frustasi. Ferret ini benar-benar membuatku gila!”
“Hey, sabar, jangan emosi. Ingat, kau yang terbaik yang pernah aku ajar. Kamu pasti bisa.”
Kami bercaka-cakap sedikit lebih lama, lalu Andrew pamit padaku.
“Andrew…titip surat ini untuk Anne, katakana aku cinta dia.”
“Tentu sobat, tentu.”
Ah, kini aku sedikit tenang. Aku tahu Andrew dapat diandalkan. Ia selalu jadi penengah bila kami, aku dan Anne, bermasalah.
Ah. Seharusnya Anne…
Ah tidak.
Kasus keparat!

“Hallo? Anne!”
“Bye…”
“Tunggu…,jangan tutup dulu teleponya, please.”
Hening
“Anne tolong mengerti aku, ini kasus terakhirku. Setelah in aku pension, kita bisa bersama…”
“Sudahlah jangan janji. Ingat dulupun kamu pernah bilang begitu, dan lihat apa jadinya? Kamu nyaris tewas. Bodoh!”
“Dan aku salah Anne, aku salah. Tapi bagaimana lagi? Perintah langsung dari Jendral Besar. Tak mungkin aku tolak.”
“Dan,” sergah Anne, “Kalau kau mati, Jendralmu mau apa? Mau ganti nyawamu? Aku tidak mau menikah dengan calon mayat. Titik!”
Denging kembali terdengar

Sebenarnya aku bisa saja menolak perintah ini. Aku sudah menyapkan surat pengunduran diri, namun kalau sampai Jendral sendiri yang memohon…
Ini yang terakhir. Ia setuju.
Ah, letih sekali.
Sudah berapa lama? O, ya, sudah tiga tahun.
Musang keparat, siapa dia sebenarnya?

Sebuah suara mengejutkanku
“Hai.”
Andrew.
Kupalingkan wajah, dia nampak makin gagah saja.
Ya, semenjak keberhasilannya mengungkap jaringan spionase terbesar di negeri ini, ia dipercaya menjadi kepala intelejen.
Ia tak perlu lagi bertaruh nyawa.
Ia cocok untuk…

“Anne baik-baik saja, kemarin kami bertemu dan…”
Ah. Nama itu.
Tak lagi ku dengar sisa perkataan Andrew, nama itu membuatku lunglai.
“He. Kamu kenapa?”
Aku terkejut, ku lihat Andrew prihatin.
“Aku tahu kamu lelah, namun aku tahu kamu bisa…ini ada sedikit info tentang Ferret.”
Dan Anne tersisihkan. Kami serius.
Kali ini jaringku akan ku buat rapat.
Mampus kau Ferret

Sial!
Bikin frustasi! Bajingan itu lolos lagi.
Nyaris aku mendapatkannya.
Namun aneh? Musang ini seperti tahu rencanaku, tahu pergerakanku.
Aku frustasi.
Aku obrak-abrik kamar yang ditinggalkan bajingan itu, dan…
Sepucuk surat, kuambil, kubaca, kutertegun.
Bajingan!

Setelah peristiwa itu tiga tahun aku menghilang, aku pergi mengumpulkan bukti, membalik semua pola pikir, kuremas setiap tetes informasi.
Aku harus yakin. Aku harus pasti.

Masa pencarian yang melelahkan. Seingatku ‘maut’ sudah menjadi nama tengahku.
Tiap informasi mengorbankan banyak nyawa, minimal cacad seumur hdup.
Aku makin ganas.
Dunia kegelapan, dunia malam memanggilku iblis dari neraka.
Pembawa maut!
Namun, tahun-tahun pencarian ini akhirnya berakhir.
Waktunya balas dendam.
Ferret! You are mine!

Di gereja itu
Sepasang insan sedang berbahagia, proses pernikahan mereka sedang berlangsung. Sang Pendeta membawakan liturginya.
“Di sini kita akan menyaksikan penyatuan dua manusia, maka bila ada yang berkeberatan….sampaikan sekarang atau selamanya diam.”
Keheningan
Kedua mempelai tersenyum.
Sang Pendeta melanjutkan.
“Baiklah…oleh karena itu, dengan kuasa yang diberikan Tuhan, aku nyatakan kalian…”
“Aku keberatan!”
Semua terdiam.
Semua tertegun.
Semua berbalik, melihat ke arahku.

“Andrew!” teriakku sambil berjalan menuju altar.
“Atas nama hukum, kamu ditahan atas tuduhan penghianatan, pembunuhan dan perencanaan penghancuran Negara!”
Kulemparkan tumpukan bukti ke arahnya, termasuk sepucuk surat yang membuka rahasia.
Surat Anne untuk Ferret.

Andrew menerjangku. Kami bertarung.
Ia memang mentorku
Ia memang guruku
Namun, karena dia, aku ditempa jadi lebih kuat.
Lebih keras.
Lebih brutal.

Pengecut.
Andrew menangkap Anne dan menjadikannya tameng. Diacungkannya sepucuk pistol ke kepala Anne.
“Biarkan aku pergi, atau dia mati. Wanita yang kau cintai.”
Aku terdiam
Senjataku terarah ke dada Anne.
“Seharusnya kau ikut aku, kita bisa dapat uang banyak. Kita akan kaya dan berkuasa. Berdua kita dapat menguasai dunia.”

Aku tetap diam. Senjataku tetap terarah ke dada Anne. Andrew kesal akan kebisuanku.
“Tembak! Ayo! Tembak kalau kau berani!”
Aku tersentak
“Hah, aku tahu kau tak akan mampu. Bodoh! Kau akan dapat wanita yang jauh lebih cantik dari pelacur ini. Kau tahu? Dengan sedikit rayuan pelacur ini memberikan seluruh tubuhnya untukku, memberikan seluruh kelemahanmu padaku. Kau harusnya dapat yang lebih baik.”
Tanganku bergetar
Anne menangis.
Andrew tertawa.
“Ayolah, mari kita pergi, kita taklukkan dunia.”

Dan itulah kalimat terakhir.
Pistolku menyalak.
Mereka berdua roboh.
Kuhampiri Andrew yang sekarat, tak sedikitpun kulirik mayat Anne.
Kulihat wajah tak percaya Andrew dan

Dor!

Berita dimuat disemua media.
“Penghianat sudah dimusnahkan. Negara aman!”
Ruang Kepala Biro Intelejen
“Sudah tetap keputusanmu Alex?”, kata pejabat sementara kepala biro sambil memegang surat pengunduran diriku.
Aku diam
“Kami akan kehilangan kamu. Selamat jalan Pahlawan.”
Aku keluar dari kantor itu, diiringi salut seluruh biro.
Aku hanya diam

Dan pergi jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar